Pulau Kalimantan atau yang dahulu dikenal dengan sebutan Borneo memiliki potensi alam yang sangat besar. Selain itu, Islam berkembang sangat pesat di pulau ini, khususnya di Kalimantan Selatan era dakwah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Para pembelajar dan pengkaji Islam dari berbagai wilayah berdatangan untuk menimba ilmu keislaman kepadanya. Meski secara geografis, wilayah ini jauh dari Timur Tengah, khusus Saudi Arabia, sebagaimana pusat sentral awal perkembangan Islam sejak beberapa abad yang lalu, Borneo menjadi salah satu pusat pengkajian Islam di Nusantara. Hingga pada akhirnya bermunculan lembaga-lembaga pendidikan Islam sepeninggal Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Baik yang berpola modern maupun yang tradisional. Kedua pola lembaga-lembaga pendidikan tersebut terus bertahan hingga kini. Terdiri atas pesantren, madrasah, hingga perguruan tinggi.

Selanjutnya, Kalimantan sangat berkembang pesat dan dinamis, baik secara keagamaan, pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. Vitalitas Borneo tidak hanya diperhitungkan dari jumlah populasi Muslimnya, melainkan perkembangan pemikiran tentang Islam, lembaga Pendidikan, dan ekspresi kulturalnya. Di samping itu, Islam di wilayah ini berkembang secara padu dengan budaya (kultur) setempat yang memberikan warna tersendiri bagi keberislamaan yang secara distingtif berbeda dengan keberislaman di wilayah Timur Tengah.

Pada level perguruan tinggi keagamaan Islam negeri, ada 4 institusi yang terdapat di pulau Kalimantan, yaitu: Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, IAIN Palangka Raya, dan IAIN Pontianak. Keempat perguruan tinggi ini memiliki dinamikanya masing-masing. Ada yang memang berada di kawasan mayoritas Muslim, ada juga yang berada di kawasan minoritas. Meski demikian, semua menghadapi keragaman atau multikultural.

Semua keragaman yang dinamis, yang dimiliki oleh Borneo dengan sendirinya menyiratkan peluang yang harus diraih dan tantangan yang harus diatasi. Sebagai pulau yang juga memiliki kondisi majemuk dalam hal agama, sosial, budaya, dan politik perlu diciptakan keharmonisan antarelemen bangsa, agar cita-cita menjadi negara yang kuat bisa diwujudkan. Menjadi persoalan yang harus dijawab dengan tegas adalah bagaimana Borneo dengan kampus-kampus Islaminya ini secara bersama-sama dengan semangat solidaritas dalam memahami dan menggali potensi kekuatan dalam menghadapi beberapa tantangan, baik nasional, regional, maupun global.

Sejak awal 2020 hingga sekarang, salah satu tantangan yang dihadapi itu adalah merebaknya Corona Virus (Covid-19) yang menimbulkan dampak-dampak besar yang dihadapi oleh seluruh umat manusia di berbagai belahan di dunia. Kalimantan sebagai bagian dari Indonesia tidak luput dari serangan wabah yang telah mempengaruhi banyak sektor kehidupan, seperti ekonomi dan pendidikan. Beberapa waktu belakangan, sudah muncul titik terang akan menjumpai endemi.

Hanya saja, kemampuan untuk bertahan menuju era endemi diperlukan kajian yang mendalam di mana hasil dari kajian-kajian itu perlu dipublikasikan agar tersampaikan ke khalayak ramai. Sehingga, upaya bangkit kembali pasca Covid-19 menemui momentumnya yang sesuai. Atas dasar pemikiran ini, the 6th Borneo Undergraduate Academic Forum sebagai hasil kerjasama yang telah terjalin sejak 6 tahun lalu, didedikasikan untuk merepon isu yang sangat krusial ini. Event ini merangkul kajian interdisipliner, bukan hanya studi Islam saja. Sehingga memberikan kesempatan yang besar untuk mahasiswa lintas disiplin ilmu untuk saling mengkaji dan mendiskusikan keilmuannya.

Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) adalah forum ilmiah tingkat sarjana dan calon sarjana, yang terbentuk tahun 2016, atas prakarsa IAIN Pontianak bersama 3 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se- Kalimantan, yakni UIN Antasari Banjarmasin, IAIN Palangakaraya, serta IAIN Samarinda. mengulang kesuksesan BUAF pada tahun 2018 UIN Antasari siap menjadi tuan rumah the 6th BUAF 2022 dengan tema "Religion adn Resilience: the Covid-19 Crisis and the Future" dengan perubahan kondisi Indonesia setelah masa Pandemi Covid 19